Selasa, 13 Januari 2015
Sejarah Bandung
Kota Bandung adalah aslinya/soal makanan tiada bandingannya/Untuk pemuda serta penghiburan
tape dan oncom tiada saingannya/ Demikian sebagian lirik lagu Ole-ole Bandung yang diciptakan Ismail Marzuki bahwa sejak awal kelahirannya Bandung adalah surga kuliner, sekaligus juga tempat menarik untuk wisata. Karena letak geografisnya strategis antara gunung dan situ yang mempunyai pemandangan elok, Bandung menarik bagi mereka yang suka berpetualang.
Pada 1950-an mengendarai sepeda motor merupakan kegiatan petualangan yang digemari di beberapa kota di Jawa. Bandung adalah tujuan menarik bagi para wisatawan petualang ini. Sejumlah orang yang tinggal di Kota Bandung sendiri menggemari kegiatan ini.
Pada Minggu pagi 16 Desember 1951 warga Bandung terpukau pada suara knalpot dari sekitar 70 motor melewati seluruh lapangan Tegalega kemarin pagi yang diselenggarakan Ikatan Perwira Cabang Bandung. Perlombaan sepeda motor khusus untuk tentara berjalan dengan meriah.Para promoter dari perlombaan sepeda motor ini boleh emrasa bangga dengan hasil-hasil yang telah dicapainya. Demonstrasi 14 prajurit bintara dan bawahan. Ikut juga Van Demmel Drandt juara balap motor sebelum perang, Kapten Handjojo, Letnan Musi. Sekitar jam 8.00 para peserta dari bintara bawahan mengendarai Harley Davidson BSA dibawah pimpinan Letnan Obos (Pikiran Rakjat, 17 Desember 1951).
Lapangan Tegallega menjadi ruang publik tempat diselenggarakan berbagai macam kegiatan. Pacuan kuda dalah kegiatan yang kerap diadakan. Star Weekly edisi 27 Juni 1953 melaporkan jalannya pertandingan pacuan kuda yang cukup besar.
Kami berada di lapangan Tegallega, Bandung hari itu tanggal 20 Juni dan keesokan harinja Preanger Wedloop Societet (Perhimpunan Patjuan Kuda Priangan) telah menyelenggarakan patjuan-patjuan berhubungan dengan ulang tahunnja jang ke 90. Nomor yang dipertandingkan hari pertama 1000 meter diikuti 35 ekor kuda (20 Juni 1953) dan hari kedua 40 ekor kuda (21 Juni 1953)
Untuk kongkouw lebih lama lagi kami tidak sempat karena untuk kedua kalinya bel berbunji. Dan sekarang adalah gilirannya para jockey untuk turun ke lapangan. Mereka memakai baju sutera bertangan panjang yang warnanya menyilaukan mata. Dari oranye sampai merah dan dari kuning sampai biru. Ada yang berlurik dan ada juga yang berbintang. Selain itu dari mereka diperlengkapi dan keplaarzen (semacam sepatu boot).
Di antara publik dilaporkan hadir pembesar-pembesar militer, di antaranya Kolonel Kawilarang (Pangdam Siliwangi masa itu) , yang memang pencinta sport balapan kuda dan Kolonel Sadikin, mantan Pangdam sebelumnya . Apalagi ikut serta seekor kuda tentara.
Jockey masa itu tugasnya melatih kuda disamping gaji ia mendapat Rp5 untuk tiap putaran dan kalau menang ia mendapat 10 persen dari hadiah uang yang disediakan. Hadiah uang itu antara Rp 400 hingga Rp 650. Disediakan juga premi untuk kuda sebesar Rp 100 . Laporan pacuan kuda ini juga di Pikiran Rakjat, edisi 22 Juni 1953 ).
Lapangan Tegallega pernah juga menjadi tempat arena balap sepeda motor. Laporan di Pikiran Rakjat, Senin 17 Desember 1951 menyebutkan publik terpaku oleh demonstrasi akorobatik.Suara knalpot dari sekitar 70 motor melewati seluruh lapangan Tegalega pada Minggu 16 Desember 1951) yang diselenggarakan Ikatan Perwira Cabang Bandung.
Perlombaan sepeda motor khusus untuk tentara berjalan dengan meriah. Para promotor dari perlombaan sepeda motor ini boleh merasa bangga dengan ahsil-haisl yang telah dicapainya. Demonstrasi 14 prajurit bintara/bawahan. Ikut juga Van Demmel Drandt juara balap motor sebelum perang, kapten Handjojo, Letnan Musir. Jam 8.00 para peserta dari bintara bawahan mengendarai Harley Davidson BSA dibawah pimpinan Letnan Obos
Pertandingan olahraga yang cukup ramai di Bandung ialah pertandingan bulutangkis Indonesia mlewan Singapura yang dilangsungkan di Concordia. Di antara pemain Indonesia terkemuka waktu itu ialah Ferry Souneville dan Eddie Yusuf dari Jakarta. Di antara penonton terdapat Kolonel Kawilarang, Pangdam Siliwangi. Walaupun Tim indonesia kalah para penoton Bandung puas karena semangat pemain yang tidak kenal menyerah (Pikiran Rakjat, 21 April 1953.
Kawasan hutan masih bertebaran di Kota bandung, pada masa itu maish menjadi tempat yang cocok untuk adventure. Kawasan Ciumbuleuit masih mempunyai hutan karet yang luas. Wilayah ini kerap menjadi demonstrasi dan uji coba. Misalnya saja pada Rabu, 14 Oktober 1953 sejumlah traktor dari Universal motor (jip dengan rida-roda besra yamng tinggi dan bermotor disel) menunjukkan kebolehannya. Demonstrasi itu dihadiri oleh sejumlah perwira militer (Pikiran Rakjat, 15 Oktober 1953).
Pelesir di Dalam dan Luar Kota
Pikiran Rakjat edisi Senin, 15 Oktober 1951 melaporkan bahwa Kota Bandung menerima kunjungan para duta besar dan kepala perwakilan Indonesia di luar negeri yang baru saja selesai konfrensi di Jakarta. Rombongan itu antara lain Menteri Luar Negeri Ahmad Subardjo, Dubes RI untuk AS Djumhana Wiraatmadja, Dr. Sudarsono Dubes RI untuk India dan Birma, M. Utojo Dubes Indonesia untuk Australia.
Rombongan tiba di Andir Minggu 14 Oktober 1951 pukul 10.30. Dari Andir para tamu menggunakan otobis berwisata ke Lembang. Setelah menikmati pemandangan gunung menghijau dari hotel Grand Lembang, rombongan kembali ke Bandung melihat Jalan Braga dan makan siang di Hotel homman sebelum kembali ke Jakarta.
Jalan Braga menjadi kawasan kota yang makin semarak. Sejumlah toko bergengsi berada di kawasn ini dengan produk yang branded seperti Java Stores Braga 29 A jual arloji, weker, lonceng (sekaligus reparasi arloji), juga terdapat Toko Salabintana (dibuka 1951) dan Toko Arloji lainnya milik A. Kasoem, Toko Tremola Braga 48 A. Toko Sepatu, Bata merek ternama juga ada di Braga, lainnya adalah Hanna Store yang menjual sepatu dengan kisaran harga Rp39,90 hingga Rp69 untuk laki-laki dfewasa dan perempaun dewasa Rp 16,90 hingga Rp45.
Toko pakaian yang kondang antara lain Maison Josy modern kartstylist di Jalan Braga 60 A , Toko De Bijenkorf Braga 27 menjual kemeja sport, handuk, mantel untuk wnaita, hingga pakaian cowboy untuk anak-anak, serta Happy Store selain pakaian menawarkan kostum sepakbola dengan harga Rp150-Rp175 hingga Rp275. Untuk mereka yang mau makan dan kongkrong ada Maison Bogerijen dan Resto Es krim Baltic untuk tempat makan dan kongkouw. ( Pikiran Rakjat,2 Januari, 6 Januari, 23 Januari 1953)
Akhir Februari hingga pertengahan Maret 1954 Perfini di bawah pimpinan Usmar Ismail menjadikan kawasan Jalan Braga sebagai tempat syuting filmnya yang kelak mengantarkannya menjadi sutradara kondang Indonesia, Lewat Djam Malam. Harian Pikiran Rakjat, edisi 5 Maret 1954 melaporkan rombongan pemain termasuk Alcaff dan Netty Herawati dan yang lainnya berada di Bandung untuk syuting yang mengambil tempat antara lain di muka Hotel Preanger, Jalan lembang dan Tjiatoel. Seharusnya syuting itu mengambil lokasi di Restoran Baltic, namun batal karena kasir Restoran bernama Tjoa Kim Hoat tidak setuju karena terlalu malam.
Seorang berinisial HM, warga Jalan Malabar Bandung dalam tulisannya di Pikiran Rakjat, 1 Agustus 1951 melukiskan bahwa Braga adalah kawasan yang penuh mobil, selalu padat dengan manusia, tempat whisky dan brandi mengalir deras. Di kawasan ini uang berhamburan dan tak peduli jam lama pada waktu itu masih berlaku.
Besarnya potensi menonton bioskop dari warga kota Bandung mendorong munculnya rencana bioskop baru pada April 1954 di Jalan Braga. Pikiran Rakjat edisi 29 April 1954 menyebutkan bangunannya berda di sut Jalan Braga dan Jalan Suniaraja. Gedung itu dibangun bertingkat di mana di bagian bawah dibuka 5 buah toko. Ruangan bawah menghadap Jalan Suniaraja dipakai untuk lobby. Bioskop ini menampung 460 orang disebutkan bioskop yang tidak terlalu besar namun akan menjadi bioskop elite.
Laporan itu menyebutkan keistimewaan bioskop bentuk ruangannya yang waailer vormig (berbentuk kipas). Film yang direncanakan diputar di bioskop ini ialah film yang menyasar ke segmen high class bersama bioskop Elita. Gedung bioskop ini kepunyaan Sinargalih Concern. Kelak warga Kota Bandung mengenalnya dengan nama Braga Sky.
Dalam buku profil Propinsi Jawa Barat yang diterbitkan Kementerian Penerangan pada 1953 sejumlah kawasan wisata yang berkembang adalah Pengalengan (Bandung Selatan) adalah daerah yang cocok untuk berbulan madu. Para pelancong juga disebutkan menyerbu Danau Cileunca untuk berenang . Kesempatan naik gunung (trekking) didapati di Lembang dengan mengeluarkan uang Rp 30 cukup menikmati Lembang penuh dengan bunga-bunga. Mereka mencapai Kawah Tangkubanprahu dengan menggunakan jalan hutan yang penuh dengan pohon-pohon pinus serta bunga-bungaan di bawahnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar